Artist

header ads

Akal Diperlukan Dalam Tauhid

 


Akal Diperlukan Dalam Tauhid

Hukum Akal adalah “Menetapkan sesuatu bagi sesuatu atau menafikan (meniadakan) sesuatu dari yang lain tanpa harus ditangguhkan akan pengulangan dan pemerakasa”.

Hukum Akal ini ada 3 :

1. Wajib, yaitu :

 

الواجب هو الذي اليتصور يف العقل عدمه أي اليصدق العقل بعدمه

 

“Sesuatu yang ketiadaannya tidak dibenarkan oleh akal, Jadi mesti adanya”.

Seperti; tahayyuz / pengambilan tempat untuk suatu jirim (pohon, batu dll) dengan seukurannya. Jika ada pernyataan : “ada pohon yang tidak tahayyuz pada tanah”, pernyataan itu tidak bisa dibenarkan akal, karena menempatinya pohon pada tanah adalah suatu kepastian.

Dalam hal wajib para ulama tauhid membagi menjadi 3 bagian;

a. wajib dzati mutlaq, mesti adanya bukan karena yang lain seperti sifat-sifat yang wajib bagi Allah.

b. wajib dzati muqoyyad, mesti adanya selagi ada yang lain seperti sifat-sifat para rosul (sidq, amanah, fathonah dan tabligh mesti adanya selagi para rosul ada) dan

c. wajib ‘aridhi, mesti adanya karena melihat sisi lain (ilmu Allah) seperti keberadaan kita saat dimana ilmu Allah menyatakan keberadaan kita saat itu.

 

2. Mustahil, yaitu :

 

واملس تحيل هو اذلي اليتصور يف العقل وجوده أي اليصدق العقل بوجوده

 

 “Sesuatu yang keberadaannya tidak dibenarkan oleh akal. Jadi mesti tiadanya”.

 Seperti; suatu jirim kosong dari diam dan gerak pada waktu bersamaan. Jika ada pernyataan : “ada jirim kosong dari diam dan gerak secara bersamaan”, pernyataan itu tidak dapat dibenarkan akal sama sekali.

Dalam hal mustahil para ulama tauhid membagi menjadi 3 bagian;

a. mustahil dzati mutlaq, mesti tiadanya bukan karena yang lain seperti sifat-sifat yang mustahil bagi Allah

b. mustahil dzati muqoyyad, mesti tiadanya selagi ada yang lain seperti sifat-sifat mustahil bagi para rosul (kizb, khianat, baladah dan kitman mesti tiadanya selagi adanya para rosul) dan

c. mustahil ‘aridhi, mesti tiadanya karena melihat sisi lain (ilmu Allah) seperti keberadaan kita saat dimana ilmu Allah menyatakan ketiadaan kita saat itu.

 

3. Jaiz, yaitu :

 

واجلائز هو اذلي يصدق العقل بوحوده اترة وبعدمه أخرى

 

“Sesuatu yang mungkin / sah menurut akal ada dan tiadanya. Jadi tidak wajib dan juga tidak mustahil ada dan tiadanya”. Jika ada pernyataan :“si Zaid tidak memiliki anak”, akal dapat membenarkan ada atau tiada anak bagi si Zaid.

Posting Komentar

0 Komentar